Sore itu, saya duduk di stasiun. Tanpa tujuan. Mengamati orang lalu-lalang, sambil menyumbat telinga dengan lagu lewat earphone kumal kesayangan. Ah, Jakarta... Sering kali saya menganalogikan Jakarta seperti perempuan cantik yang diperkosa. Keindahan dan kecantikannya bisa dinikmati oleh semua orang. Dia segala punya, segala bisa, segala ada. Tapi kadang dianalogikan seperti satu loyang kue blackforest. Terlalu manis, cenderung enek. Hanya bisa dinikmati sepotong,...