Realistis

November 27, 2011

Hey kamu! Tadi sore sewaktu kita sedang bersama, aku meninggalkanmu sebentar untuk menghampiri teman dekatku. Apa kamu ingat? Ah masa tidak ingat, kan  kamu memiliki memori yang sangat super :p Nah, saat aku menghampiri temanku itu tanpa disadari kamu sedang diperhatikan olehnya, karena dia sedang menerawangmu hahahaha! dan terawangannya membuatku tersenyum lebar, selebar daun pintu atau selebar daun jendela :D  (tolong amin-in dong apa yang di terawang temenku tadi sore, Amin Ya Rabb)

Tapi dibalik itu semua, apa kamu tau hey 'the man who cant be moved'? aku memiliki ketakutan yang sangat besar bahkan hanya untuk berpikir positif dengan hal-hal yang sering kita lakukan bersama. Ketakutanku yang paling besar adalah 'dinding' tebal yang ada dalam dirimu. Kamu masih ingat? Aku pernah menyampaikan soal itu padamu via messenger, bukan ketakutannya tapi dindingnya. Ingat? Kalo ngga berarti kamu bohong :p

Iya, 'dinding' itu masih menjadi halangan untukku berfikir positif atau heuumm bahasa enaknya berkhayal bahasa yang lainnya, geer. Seharusnya aku tidak boleh menyukaimu karena kamu sering bercerita tentangnya dan sudah ada ungkapan bahwa kamu menyukainya, bahkan lebih dari itu. Yakan? Tidak boleh, seharusnya tidak. Karena kalo iya bakal njelimet kayak sekarang..

Realistis aja deh, nyata-nyata kamu menyayangi dia, mengingat segala hal tentangnya, sosoknya yang menjadi mood booster, dan aku dengan bodohnya menyukaimu? Bahkan lebih dari itu! Hadeeehh.. Yaaaa meski aku memiliki sedikit pencerahan dari terawangan seorang teman. Tapi tetap saja aku melihat kenyataannya seperti apa.

Jujur, realistis itu sulit. Aku tidak bisa membohongi perasaan senangku saat kamu mengatakan "jangan sampai sakit" ketika hujan menguyur Bandung pada malam itu. Tapi setiap kesenangan itu datang selalu saja ada bayang-bayangmu saat membicarakan tentangnya. Dan itu membuatku berpikir "jangan senang dulu ca".

Bohong jika aku mengatakan bahwa aku tidak ingin kamu juga menyukaiku, tapi melihat situasinya sekarang? Bahkan tak ada ruang untuk berpikir positif. Bukan, bukan tak ada tapi tidak berani, aku tidak mau berharap banyak. Ya karena itu tadi, aku takut, aku takut kenyataan berkata lain  :)

You Might Also Like

0 komentar

Friends

Popular Posts

Part of