be thankful, ca.

October 09, 2014

Ini bukan ungkapan kesombongan, hanya sedang merasa bersyukur. Bersyukur atas apa yang saya dapatkan dari pekerjaan saya sampai saat ini.

Nggak gampang untuk merasakan ini. Mungkin saya akan kembali merasa lelah lalu kemudian mengeluh dengan segala keluh kesal menyebalkan.

Menjadi jurnalis bukan hal mudah tapi terlihat mudah juga. Bingung? Haha. Kalau ini simpulan yang salah, koreksi ya.

Begini, sering banget orang bilang "enak ya ca kerjaan kamu. Ngga ada jam kerja, brangkat sesuai waktu liputan. Kerjaannya jalan-jalan terus"

Hehehe. Alhamdulillah. Tapi jujur, ini bukan mau saya. Maksudnya, jenis media. Dulu jaman kuliah, saya paling ogah terjun di dunia media online. Pertama, sehari mengharuskan bikin sekian berita, kedua, kemana-mana sendiri. It means, single fighter.

Saya bercita-cita menjadi reporter televisi, kemana-mana naik mobil dan tidak sendiri. Manja ya? Hahahaha! Bodo amat :p

Tapi Tuhan menyuruh saya nyemplung di sini. Dua kali saya masuk ke media yang kemana-mana-sendiri. Pertama koran dan sekarang online. Ya, kalimat "semakin kamu menghindar semakin dipertemukan" yang sering saya ucapkan ke orang sekitar balim lagi ke saya. Bumerang.

Ketika memutuskan keluar dari koran dan mencari tempat bernaung yang baru, saya masih tidak mau menyentuh dunia online terutama portal. Beberapa tempat yang saya apply memang online tetapi menjadi content writer, bukan wartawan bukan jurnalis. --meskipun saya belum begitu paham betul tentang content writer, ini ica sotoy :p-- Tapi akhirnya nggak nyangkut juga. Lalu dengan iseng dan asal-asalan, saya melamar ke tempat bernaung yang sekarang.

Terlalu dini kalau saya menyimpulkan ini adalah karir yang akan saya tekuni sampai nanti. Belum juga setahun. Saya sedang merasa cukup. Saat ini sih, nggak tau besok-besok mengingat saya orangnya moody dan sesuka hati :p

Tapi saya berusaha untuk bersyukur. Bisa bekerja pada bidang yang saya senangi dengan orang-orang menyenangkan. Meski memang harus kemana-mana sendiri, naik angkutan umum, nanya jalan, ongkos abis --eh bisa di reimburse deng-- tapi dibalik itu semua, saya jadi tau rute jalanan ibukota yang lebih dari rumit, nggak ada patokan jam kerja, nggak selalu ke kantor, bisa ngetik berita dimana aja sambil ngapain aja --tinggal bermodal gadget yang ada baterai dan paket internet-- bertemu orang tidak terduga dan belajar hal baru setiap harinya.

Saya lagi eling. Alhamdulillah bisa eling juga hahahaha! Semua proses. Saya sedang berusaha bersyukur dan nggak berpikir "enak banget ya dia bla bla bla..." Sementara saya punya hal yang harus disyukuri.

Jadi, simpulkan sendiri mana bagian mudah dan nggaknya jadi jurnalis :p

Dan entah saya akan bergelut dalam bidang ini berapa lama dan sampai kapan...


Transjakarta, 9 Oktober 2014.

Perjalanan pulang selesai jadi jurnalis kantoran.

You Might Also Like

0 komentar

Friends

Popular Posts

Part of